Shalat Tarawih bagi umat Islam Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir
setiap muslim pernah menjalankannya. Pada awal Ramadhan, biasanya masjid
atau mushala penuh dengan kaum muslimin danmuslimat yang menjalankan
shalat jama'ah isya' sekaligus tarawih. Ada
yang menjalankan 8 rakaat (secara resmi hanya ada di Indonesia), ada
yang 20 rakaat, dan ada yang 36 rakaat, Sedang shalat Witir yang
diletakkan di akhir biasanya sama-sama 3 rakaat.
Shalat Tarawih hukumnya sangat disunnahkan (sunnah muakkadah), lebih utama berjama'ah. Demikian pendapat masyhur yang disampaikann oleh para sahabat dan ulama.
Jumlah Reka'at Tarawih
Ada
beberapa pendapat tentang raka'at shalat Tarawih; ada pendapat yang
mengatakan bahwa shalat tarawih ini tidak ada batasan bilangannya, yaitu
boleh dikerjakan dengan 20 (dua puluh) raka'at, 8 (delapan), atau 36
(tiga puluh enam) raka'at. Ada pula yang mengatakan 8 raka'at;
20raka'at; dan ada pula yang mengatakan 36 raka'at.
Pangkal
perbedaan awal dalam masalah jumlah raka'at shalat Tarawih adalah pada
sebuah pertanyaan mendasar. Yaitu apakah shalat Tarawih itu sama dengan
shalat malam atau keduanya adalah jenis shalat sendiri-sendiri?
Mereka yang menganggap keduanya adalah sama, biasanyaakan mengatakan
bahwa jumlah bilangan shalat Tawarih dan Witir itu 11 raka'at.
Adapun
orang yang melakukan salat tarawih 8 (delapan) rakaat dengan witir 3
(tiga) rakaat, adalah mengikuti hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah
Aisyah yang berbunyi sebagai berikut:
َما
كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزِيْدُ فِى
رَمَضَــــانَ وَلاَ فِى غَــيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشَرَةَ رََكْعَةً
، يُصَلِّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْـاَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ
ثُمَّ يُصَلِّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْــاَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ
طُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَــلِّى ثَلاَثًا ، فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللَّهِ
أَتَنَامُ قَبْلَ اَنْ تُوْتِرَ ؟ فَقَالَ : يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ
تَنَامُ وَلاَ يَـــــنَامُ قَلْبِى . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
"Tiadalah Rasulullah SAW menambah pada bulan Ramadlan dan tidak pula pada bulan lainnya atas sebelas rakaat.
Beliau salat empat rakaat dan jangan Anda bertanya tentang kebagusan
dan panjangnya. Kemudian beliau salat empat rakaat dan jangan Anda
bertanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau salat tiga
rakaat. Kemudian aku (Aisyah) bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah Tuan
tidur sebelum salat witir?" Beliau bersabda, "Wahai Aisyah, sesungguhnya
kedua mataku tidur, sedang hatiku tidak tidur." (HR.Bukhari)
Syekh Muhammad bin 'Allan dalam kitab "Dalilul Falihin" jilid III halaman 659 menerangkan bahwa hadits di atas adalah hadits tentang salat witir, bukan shalat Tarawih, karena salat witir itu paling banyak hanya sebelas rakaat, tidak boleh lebih. Hal
itu terlihat dari ucapan Aisyah bahwa Nabi SAW tidak menambah salat,
baik pada bulan Ramadlan atau lainnya melebihi sebelas rakaat. Sedangkan
salat tarawih atau "qiyamu Ramadlan" hanya ada pada bulan Ramadlan
saja.
Ucapan Aisyah
"beliau shalat empat rakaat dan Anda jangan bertanya tentang kebagusan
dan panjangnya", tidaklah berarti bahwa beliau melakukan salat empat
rakaat dengan satu kali salam. Sebab dalam hadits yang disepakati kesahihannya oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar RA Nabi bersabda:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَاَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
.
"Salat malam itu (dilakukan) dua rakaat dua rakaat, dan jika kamu khawatir akan subuh, salatlah witir satu rakaat".
Dalam hadits lain yang disepakati kesahihannya oleh Bukhari dan Muslim, Ibnu Umar juga berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى وَ يُوْتِرُ بِرَكْعَةٍ.
"Adalah Nabi SAW melakukan salat dari waktu malam dua rakaat dua rakaat, dan melakukan witir dengan satu rakaat".
Pada
masa Rasulullah SAW dan masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar
as-Shiddiq, salat tarawih dilaksanakan pada waktu tengah malam,
namanya bukan salat tarawih, melainkan "qiyamu Ramadlan" (salat pada
malam bulan Ramadlan). Nama "tarawih" diambil dari arti "istirahat" yang
dilakukan setelah melakukan salat empat rakaat. Disamping itu perlu
diketahui, bahwa pelaksanaan salat tarawih di Masjid al-Haram, Makkah
adalah 20 rakaat dengan dua rakaat satu salam.
Lalu Umar
bin 'Abdul Aziz menambah raka'at shalat Tarawih menjadi 36 raka'at bagi
orang di luar kota Makkah agar menyamahi pahala Tarawihahli makkah;
Atau shalat Tarawih 20 raka'at dan Witir 3 raka'at menjadi 23 raka'at.
Sebab 11 rakaat itu adalah jumlah bilangan rakaat shalat malamnya
Rasulullah SAW bersama sahabat dan setelah itu Beliau menyempurnakan
shalat malam di rumahnya. Sebagaimana Hadits Nabi SAW:
أَنَّهُ
صلّى الله عليه وسلّم خَرَجَمِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ لَيَالِيْ مِنْ
رَمَضَانَ وَهِيَ ثَلاَثُمُتَفَرِّّقَةٍ: لَيْلَةُ الثَالِثِ, وَالخَامِسِ,
وَالسَّابِعِوَالعِشْرِيْنَ, وَصَلَّى فِيْ المَسْجِدِ, وَصَلَّّى
النَّاسُبِصَلاَتِهِ فِيْهَا, وَكَانَ يُصَلِّّْي بِهِمْ ثَمَانِ
رَكَعَاتٍ,وَيُكَمِّلُوْنَ بَاقِيْهَا فِيْ بُيُوْتِهِمْ. رواه الشيخان
"Rasulullah
SAW keluar untuk shalat malam di bulan Ramadlan sebanyak tiga tahap:
malam ketiga, kelima dan kedua puluh tujuh untuk shalat bersama umat di
masjid, Rasulullah SAW shalat delapan raka'at,dan kemudian mereka
menyempurnakan sisa shalatnya di rumah masing-masing. (HR Bukhari dan Muslim).
Para
imam madzhab telah menetapkan kesunnahan salat tarawih berdasarkan
perbuatan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Imam Bukhari dan
Muslim telah meriwayatkan hadits sebagai berikut:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ لَيَالِيَ مِنْ رَمَضَانَ وَهِيَ ثَلاَثٌ مُتَفَرِّقَةٌ لَيْلَةُ الثَّالِثِ وَالْخَامِسِ وَالسّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ وَصَلَّى فِى الْمَسْجِدِ وَصَلَّى النَّاسُ بِصَلاَتِهِ فِيْهَا ، وَكَانَ يُصَلِّى بِهِمْ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ أَيْ بِأَرْبَعِ تَسْلِيْمَاتٍ كَمَا سَيَأْتِى وَيُكَمِّلُوْنَ بَاقِيَهَا فِى بُيُوْتِــــهِمْ أَيْ حَتَّى تَتِــــمَّ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً لِمَا يَأْتِى ، فَكَانَ يُسْمَعُ لَهُمْ أَزِيْزٌ كَأَزِيْزِ النَّحْلِ .
"Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar
pada waktu tengah malam pada bulan Ramadlan, yaitu pada tiga malam yang
terpisah: malam tanggal 23, 25, dan 27. Beliau salat di masjid dan
orang-orang salat seperti salat beliau di masjid. Beliau salat dengan
mereka delapan rakaat, artinya dengan empat kali salam sebagaimana
keterangan mendatang, dan mereka menyempurnakan salat tersebut di
rumah-rumah mereka, artinya sehingga
salat tersebut sempurna 20 rakaat menurut keterangan mendatang. Dari
mereka itu terdengar suara seperti suara lebah".
Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW shalat Tarawih di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 Rakaat ditambah Witir. (HR Baihaqi dan Thabrani).
Ibnu
Hajar menyatakan bahwa Rasulullah shalat bersama kaum muslimin sebanyak
20 rakaat di malam Ramadhan. Ketiga tibadi malam ketiga, orang-orang
berkumpul, namun rasulullah tidak keluar. Kemudian paginya beliau
bersabda:
خَشِيْتُ أَنْ تَفَرَّضَ عَلَيْكُمْ فَلَا تُطِيْقُونَهَا
"Aku takut kalau-kalau tarawih diwajibkan atas kalian, kalian tidak akan mampu melaksanakannya."
Hadits
ini disepakati kesahihannya dan tanpa mengesampingkan hadits lain yang
diriwayatkan Aisyah yang tidak menyebutkan rakaatnya, sehingga
jelaslah bahwa rekaat sholat Tarawih (Qiyamul Ramadhan) berdasarkan
riwayat yang shahih baik dari Rasul SAW maupun dari para sahabat
(khulafa’ur rasyidin) adalah 20 rekaat dengan dua rekaat sekali salam.
Alangkah lebih baiknya jika kita mengikuti riwayat yang shahih ini.
Namun, apabila ada yang melaksanakan/ mempercayai 8 rekaat dengan empat
rekaat sekali salam, maka hal itu harus tetap dihormati untuk
menghindari perpecahan, seprti para ulama' mengatakan " untukmu semua amalmu dan untukku semua amalku". Wallahu’alam.
0 Komentar