Advertisement

Responsive Advertisement

Cerpen Tak Terlihat Oleh Mata

Seorang laki-laki muda berseragam datang sembari menawarkan makanan dan minuman untuk seluruh penumpang. Makanan dan minuman dari pelayan itu dibuat dari gerbong kereta khusus untuk dapur.

               Arka membeli segelas cup kopi hangat. Ia menikmatinya sembari melihat pemandangan di luar kaca  gerbong. Perlahan-lahan tampaklah  wajah sekar di kaca gerbong. Kedua mata arka terenyuh melihat wajah sekar yang tampak di kaca gerbong.namun, hanya sesaat wajah sekar muncul dan pudar di kaca gerbong.

               -----------------00---------000----------00---------------

               Dua buah roda berputar-putar mengikuti porosnya. Rastan terus menggoes sepeda bututnya yang masih bisa di pakai, dan arkapun memboceng di sepeda arka.

               ‘’ka, dalam hitungan minggu lagi kita sudah lulus di sekolah SMP, dan juga lulus dari pesantren.’’

               ‘’iya, tak terasa sudah enam tahun kita mondok, dan sebentar lagi kitapun lulus’’

               ‘’nanti kalau SMA, sebenarnya aku masih ingin mondok lagi. Tapi, kedua orang tuaku tidak mengizinkanku. Jadi aku SMA saja.’’

               ‘’kanapa orang tuamu tidak mengizinkanmu untuk mondok lagi ?’’

               ‘’sambil belajar bekerja mencari uang.’’

               ‘’nanti kamu kuliah tidak ?’’

               ‘’kuliah, mmm di jurusan filsafat’’

               Sepeda itu telah membawa mereka berdua masuk ke komplek pesantren. Rastan memakirkan sepedanya tepat di sebelah asrama. Mereka berdua masuk ke dalam  asrama. Asrama tersebut bukanlah asrama yang ada di pesantren modern, tetapi asrama itu adalah asrama dari pesantren salafiyyah.

               Asrama itu sederhana, dindingnya terbuat dari anyaman rotan. Sederhana kata orang, tetapi terkenang bagi santri yang tinggal di pesantren itu.

               Arka dan rastan mengganti pakaiannya, lalu bergegas menuju langgar untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur. Seusai mereka sholat dhuhur, arka pergi keluar dari langgar sedangkan rastan masih terlelap dengan doa yang dipanjatkannya  kepada allah swt.

               Arka pergi keluar pesantren menuju tempat makan langganannya, yaitu; nasi goreng mas wahid. Tempat itu adalah tempat makan arka di saat arka pertama kali masuk ke pesantren bersama ibunya.

                Sesampainya di sana, arka duduk di bangku meja yang masih kosong.

               ‘’mas wahid, nasi gorengnya satu porsi sama es teh manis’’

               ‘’oh ya, siap kang arka’’

Posting Komentar

0 Komentar